Di tengah riuhnya aktivitas remaja seusianya—bermain, bercengkerama, dan mengisi waktu dengan berbagai kesenangan—Muhammad Adib Alhafidz memilih jalan yang berbeda. Ia memilih sunyi, lembar demi lembar hafalan, dan disiplin yang tak banyak disaksikan orang.
Hari-harinya diisi dengan rutinitas yang nyaris sama. Ketika sebagian teman telah menutup bukunya dan beranjak bermain, Adib masih duduk dengan tenang, mengulang hafalan hadits demi hadits, memastikan setiap lafaz, makna, dan sanad tertanam kuat dalam ingatannya. Bukan karena ia tidak lelah, tetapi karena ia memahami bahwa prestasi besar lahir dari pengorbanan yang konsisten.
Menghafal 100 hadits beserta sanadnya bukanlah perkara mudah. Ia menuntut ketelitian tinggi, kesabaran panjang, dan kedisiplinan yang kuat. Ada hari-hari berat ketika hafalan terasa buntu, ada rasa jenuh yang datang diam-diam. Namun Adib memilih bertahan. Baginya, menyerah bukanlah pilihan.
Perjuangan itu akhirnya berbuah manis. Pada MTQ Nasional XLI Sumatera Barat di Kota Bukittinggi, Muhammad Adib Alhafidz berhasil meraih Juara 2 Hafalan 100 Hadits dengan Sanad. Sebuah capaian yang tidak hanya mencerminkan kecerdasan, tetapi juga keteguhan hati dan kesungguhan dalam menjaga amanah ilmu.
Prestasi ini bukan sekadar tentang piala atau peringkat. Ia adalah bukti bahwa kedisiplinan kecil yang dilakukan setiap hari mampu mengantarkan seseorang ke panggung prestasi nasional. Adib telah menunjukkan bahwa istiqamah, meski sering sepi dan tak terlihat, selalu menemukan jalannya menuju keberhasilan.
Semoga menjadi inspirasi bagi siapa pun yang membacanya—bahwa di balik setiap keberhasilan, selalu ada perjuangan panjang yang dijalani dengan sabar, ikhlas, dan penuh keistiqamahan.