DETAIL INFORMASI

Menyusun Kepingan Sejarah Mesjid Godang Sungai Naning
sumber foto:https://www.pexels.com/

Menyusun Kepingan Sejarah Mesjid Godang Sungai Naning

admin 1 year ago Sejarah

hari ini merupakan perjalan bersejarah yang menajubkan, saya sampai di Jorong Batu Buluh Satu Kenagarian Sungai Naning Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Lima puluh Kota. Tugas saya adalah meliput kegiatan Wisuda Tahfiz santri/wati Yayasan Darul Quran Mesjid Godang Sungai Naning. Sebuah Yayasan yang dipelopori oleh H.Iswan Bahtiar dan tokoh masyarakat lainya dibawah kepemimpinan wali Nagari Penyul Hasni, umur Yayasan tersebut baru setahun jagung, manun gebrakanya sunguh luar biasa tercatat 110 santri/wati yang menghafal ayat-ayat Allah di mesjid yang terletak di lembah perbukitan tersebut. Hari ini 23 santri/wati diwisuda oleh H.Zakaria Kasi Pd.Pontren Kemenag Lima Puluh Kota, semangat yayasan dan masyarakat untuk mewujudkan Sungai Naning sebagai kampung Al-Quran membuat bulu roma saya merinding dalam ketabjuban. Allahu Akbar
Disamping prosesi wisuda ada hal lain yang justru membuat saya tergila-gila, ya saya dibuat gila oleh kepingan-kepingan sejarah Mesjid Godang tersebut, seperti anak kecil yang ingin segera menyusun puzzel rmaian mereka. Sayapun asyik menilik bangung mesjid tersebut, disamping itu saya haru biru mencari berbagai informasi dengan mewawancarai Novial (55) dan Harizal Engku Sakti (46). Dari kedua nara sumber tersebut saya mendapatkan lagi kepingan lain dari sejarah mesjid tersebut. Kepingan pertama ihwal tahun berdirinya mesjid hampir seluruh tetua yang hadir tidak satupun yang mengetahui secara pasti tahun berdirinya mesjid tersebut. Ada petunjuk awal yang tertulis di loteng mesjid tersebut yaitu tahun 1924. Angka tersebut menurut Novial merupakan tahun dimana atap mesjid diganti dari atap ijuek dengan atap senk yang masih terpasang sampai sekarang, hal tersebut dibenarkan oleh Harizal Engku Sakti dan menambahkan bahwa sebelum beratap ijuek mesjid tersebut awalnya beratap jerami. Keterangan lain yang disampaikan oleh Penyul Hasni cerita yang didapat dari Tuak Palo Tuo pada tahun 1908 mesjid tersebut masih beratap ijuek.

Penyidikan saya mendapati senk tersebut bermerek teHam yang ditulis dalam segitiga. Naas Prof google tidak dapat memberikan saya data tentang senk bermerk teHam tersebut.
Kepingan kedua yang membuat otak saya menari-nari ialah kenyataan bahwa Syafruddin Prawiranegara pernah berada di mesjid tersebut dengan bukti awal, masrkas M. Rasyid berada lebih kurang 200M dari mesjid tersebut, markas perjuangan PDRI tersebut menurut Novial berada di rumah KH.Angku Tanjung. Kalau ditilik dari letak georafis startegi militer hal tersebut sangat meyakinkan karena kawansan mesjid tersebut sangata Srategis dicapai dari daerah Koto Tinggi melalui tiga jalur yang sangat menguntung dalam kondisi perperangan. Beberapa literatur sejarah yang saya baca tentang PDRI tidak ada yang menuliskan fakta tersebut, itu sejauh yang saya baca.
Kepingan ketiga, mesjid tersebut memiliki tiang kayu sebanyak 44 buah, yang menurut masyarakat setempat 40 tiang merupakan simbol 40 orang penghulu kaum dimana setiap persukuan bertangungjawab satu tiang, empat tiang berasal dari 4 ulama yang ada waktu itu. Tiang-tiang kayu tersebut diyakini oleh masyarakat berasal dari sekitar perkarangan mesjid tersebut.
Kalau kita memahami sejarah sebagai disiplin ilmu untuk menyususn kepingan-kepingan bukti sejarah menjadi sebuah fakta sejarah melalui berbagai metode penelitian sejarah yang telah dipakai oleh para ahli sejarah. Saya mencoba memgunakan pendekatan interprestasi terhadap bukti-bukti awal ini tetapi masih dalam kerangka beberapa pertanyaan besar yang harus dituntaskan oleh pengiat sejarah, setidaknya hal tersebut akan mengiring kita pada kedekatan fakta sejarah. Untuk melihat tahun berdiri mesjid Godang tersebut menunkan interprestasi sejarah akan lahir pertayaan berapa umur maksimal ijuik kalau dipakai sebagai atap?, begitu juga berapa umur maksimal kalau lalang dijadikan atap? Untuk saat ini saya hanya dapat memperkirakan mejid godang tersebut sudah berdiri sekitar tahun awal samapai pertengah abad 18. Dengan menguarai kepingan bukti diatas, 1924 mesjid tersebut berganti atap dari ijuk menjadi seng,1908 menurut Penyu Husni masih bertap ijuik. Terdapat 16 tahun rentang waktu antara 1908 ke 1924 kalau diperkirakan atap ijuik dapat bertahan selama 30 tahun tinggal kita hitung mundur 14 tahun dari 1908 berarti 1894 begitu juga umur maksimal ilalang kalau dijadikan atap, kita juaga bisa menghitung mundur dengan memakai umur maksimal ilalng sebagai atap selama 30 tahun dari tahun 1894 yaitu 1864. Ini asumsi saya pribadi saja, kebenaranya tentu kita perlu mengali bukti-bukti sejarh lainya dengan melibatakan lintas disiplin umur.(Saya sangat berharap ada informasi lain yang dapat digali untuk melajak tahun berdiri mesjid tersebut).

Pertanyaan selanjutnya tekait dengan populasi masyarakat Nagari Sungai Naning diwaktu mesjid tersebut didirikan, kalau ada 40 penghulu kaum waktu tersebut maka dapat diapstikan masyrakatnya sudah banyak dan berkembang karena suda ada 40 penghulu diwaktu itu, namun samapi sekarang saya belum mendapatkan nama-nama ke 40 penghulu tersebut, kalaulah tersaji nama ke 40 suku/kaum/penghulu yang menyumbang 1 tiang mesjid pada wala pendirinya maka sangat mungking kita dapat mencari tahun pasti berdiri mesjid tersebut dengan membuka ranji penghulu kaum tersebut.
Tangungjawab kesejarahan yang perlu dilakuan sekarang ialah mencari sebayak mungkin kepingan sejarah mesjid Godang tersebut melalui berbagai alat sejarah agar tradisi penulisan sejarah di masyarakat mulai dilakukan, agaknya kita harus hijrah dari pola sejarah batutua menuju penulisan sejarah yang dapat diwarisi dari waktu-kewaktu. Bukankah penulisan Al-Quran juga dilatar belakangi oleh banyak para penghafal Al-Quran yang sayid di medan Jihad. Kita harus belajr dari sejarah penulsian Al-Quran agar sejarah dapat diwarisi dari generasi ke generasi.
Judul menyusun sengaja saya tulisan dalam kurung karena tulisani ini justru gagal menyusun kepingan sejarah mesjid Godang tersebut, namun dibalik kegagalan tersebut saya yakin tulisan ini dapat menjadi entri poin bagi pengiat sejarah, stakeholder untuk bersama-sama menelusuri sejarah mesjid Godang yang hilang ditengah pusaran globalisasi. Jangan salahkan generasi yang akan datang kalau mereka tidak mengetahui sejarah serta eksistensi mesjid Godang, karena generasi kita tidak mewarisi fakta sejarah kepada mereka, hal ini akan selau menjadi dosa warisan yang seperti kita alami sekarang ini.
Mudah-Mudahan bersambun


Artikel ini telah dibaca sebanyak 103 kali

Pituah Pemerintahan Rumah adat minang Sosial Surau Tokoh minang


All about Minangkabau Culture: This unique, adapting old culture